Logo kabupaten Wajo |
Sulselexpose.id.Wajo ---Wajo berarti bayangan atau bayang-bayang (wajo-wajo).
Kata Wajo dipergunakan sebagai identitas masyarakat sekitar 605 tahun yang lalu
yang menunjukkan kawasan merdeka dan berdaulat dari kerajaan-kerajaan besar
pada saat itu.
Di bawah bayang-bayang (wajo-wajo, bahasa Bugis, artinya pohon bajo)
diadakan kontrak sosial antara rakyat dan pemimpin adat dan bersepakat
membentuk Kerajaan Wajo. Perjanjian itu diadakan di
sebuah tempat yang bernama Tosora yang kemudian menjadi ibu kota
kerajaan Wajo.
Ada versi lain tentang terbentuknya Wajo, yaitu
kisah We Tadampali, seorang
putri dari Kerajaan Luwu yang diasingkan karena
menderita penyakit kusta. Dia dihanyutkan hingga masuk daerah Tosora. Kawasan itu
kemudian disebut Majauleng, berasal dari kata maja (jelek/sakit) oli' (kulit).
Konon kabarnya dia dijilati kerbau belang di tempat yang kemudian dikenal
sebagai Sakkoli (sakke'=pulih; oli=kulit) sehingga dia sembuh.
Saat dia sembuh, beserta pengikutnya yang setia ia
membangun masyarakat baru, hingga suatu saat datang seorang pangeran dari Bone (ada juga yang
mengatakan Soppeng) yang beristirahat di dekat perkampungan We Tadampali.
Singkat kata mereka kemudian menikah dan menurunkan raja-raja Wajo. Wajo adalah
sebuah kerajaan yang tidak mengenal sistem to manurung sebagaimana
kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan pada umumnya. Tipe Kerajaan Wajo bukanlah
feodal murni, tetapi kerajaan elektif atau demokrasi terbatas.
Sumber: Wikipedia