PANGKEP – Sebagai cagar budaya warisan dunia, kawasan Bulu Sipong yang berada dalam lokasi PT Semen Tonasa mendapatkan perhatian khusus. Komitmen perusahaan semen tertua di Indonesia Timur ini dalam melestarikan Bulu Sipong telah menuai apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Team of Spafacon dan Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX.
SM of Mining PT Semen Tonasa, Hariyono Gunawan, menyatakan bahwa sejak tahun 2018, perusahaan telah menetapkan Bulu Sipong sebagai kawasan konservasi. “Kami telah membangun kerja sama dengan beberapa pihak berkompeten, seperti Badan Pelestarian Kebudayaan Makassar, Badan Pengelola UNESCO Global Geopark Maros-Pangkep, serta Universitas Hasanuddin, untuk melindungi cagar budaya ini,” ungkap Hariyono.
Melalui sinergi tersebut, PT Semen Tonasa berharap dapat menciptakan harmoni antara industri, lingkungan, dan kebudayaan.
Untuk mendukung upaya konservasi, PT Semen Tonasa telah memasang instrumen pengukuran khusus guna memantau getaran dan kualitas udara berdasarkan rekomendasi tim ahli. Perusahaan juga telah melakukan pengecoran jalan sepanjang 1.800 meter serta penyiraman jalan tambang untuk mengurangi debu di sekitar kawasan Bulu Sipong.
Sebagai wujud nyata komitmen pelestarian, PT Semen Tonasa juga merilis Dokumen Rencana Pengelolaan Warisan Budaya atau Cultural Heritage Management Plan (CHMP) untuk situs prasejarah di Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) dan Geopark Bulu Sipong.
CHMP ini berisi kajian dan kebijakan yang tepat untuk pengelolaan warisan budaya, baik tangible maupun intangible, sehingga nilai-nilai budaya kawasan tersebut dapat dipertahankan hingga masa mendatang.
“Dokumen ini menjadi panduan pengelolaan warisan budaya yang dimiliki perusahaan, termasuk Bulu Sipong, agar dapat dikelola secara berkelanjutan tanpa mengesampingkan nilai-nilai budaya yang ada,” tambah Hariyono.
Dengan langkah ini, PT Semen Tonasa tidak hanya menunjukkan kepeduliannya terhadap kelestarian budaya, tetapi juga menjadi contoh bagaimana industri dapat bersinergi dengan pelestarian lingkungan dan kebudayaan. (Redaksi)